Family Gathering dan Monyet Jutata

Akhirnyaaa.. bersua kembali dengan blog tercinta, setelah beberapa hari ga bisa ngeblog karena bandwidth limit-nya udah kelewat >_<. Hummmh, jadi pengen upgrade lagi ;p

Anyway, akhir minggu kemarin gw pulang ke Bogor, karena ada acara makan-makan keluarga besar, di rumah Eyang Kakung. Nyaris full team, kurang: Om Mahdi & Luthfi di Aceh, Pupule yang lagi asik fesbukan di Tarakan *hihi*, dan Ditul yang lagi sibuk tryout demi mengejar cita-cita *semangat, sist!! kan kalo situ jadi dokter, sini bisa berobat gratis ^^*. Dalam rangka? banyak..

Syukuran wisuda sepupu *if you read this, Dhika, congratz!! OOT: wisuda UI ada live streaming-nya ya, kereeen…*, anniversary Pakdhe Rhiza & Budhe Erna, ulang tahun Mumule & Lek di bulan Januari, 10 tahun Eyang Putri meninggal, dan 5 tahun sejak tsunami di Aceh :'( *Tante Koekoek, Maurin, & Tazki, may you all rest in peace*.

Great feast!! Sayang ga ada lumpia makassar >.< maklum, udah ngidam dari kapan tau. But it’s okay, toh makanannya udah banyak, sampe rasanya ga bisa bangun dari duduk saking kenyangnya.

Tentang family gathering sudah, lanjut ke ‘monyet jutata’. Jadi, entah kenapa tiba-tiba nostalgila itu dimulai *kayaknya gara-gara gw iseng nggigit tangan mum, hihi*. Dan cerita pun mengalir.

Konon katanya, beberapa minggu *atau bulan?* setelah gw lahir di Bogor, langsung diajak terbang ke Juata, Tarakan. FYI, Tarakan adalah sebuah pulau di Kalimantan Timur. Ya, pedalaman, yang katanya mau ke TK aja harus naik turun gunung, haha. Tapi sekarang udah lumayan modern kok *iya ga, Pul?*, walopun masih ga ada Twenty One :D.

Gw ga inget sama sekali tentang masa kecil gw selama beberapa tahun di sana. Tapi, dari cerita orang-orang dan foto-foto, bisa tergambarlah masa kecil gw. Teman bermain seringnya hanya kucing ^^; Di hampir setiap foto pasti ada kucing yang setia menemani gw bermain.

Lalu, bakat omnivora gw mulai tampak ;p. Buktinya, katanya gw hobi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut. Sebutlah, luwing *tau kan, sejenis kaki seribu ya kalo ga salah?*, abu rokok, dan sebagainya. Owh, lagu favorit gw waktu itu: ‘Isabela adalah…’.

“Isabela adalaaah… kisah cinta dua duniaaa…”

Nah, setiap akhir tahun, kami pulang ke Bogor, sekaligus merayakan ulang tahun gw. Di Bogor, ada sepupu yang seumuran *setahun di bawah gw*, lucu banget. Kulitnya putih, tembem, montok, rambutnya kriwil-kriwil. Mungkin, karna gw jarang ketemu yang kayak gitu di Juata, jadi gemes. Dan terjadilah insiden itu sodara-sodara. Katanya sih, gw gigit tangannya sampe berbekas dan berdarah *ah, gw tau ini yang cerita pasti lebay, ga mungkin anak kecil seimut gw bisa nggigit sampe berdarah ;p*.

Dan karena nama panggilan gw di rumah Tata, mulai sejak saat itu, gw mendapat julukan dari Eyang: Monyet Jutata ^^; sial…

5 thoughts on “Family Gathering dan Monyet Jutata

  1. pupule says:

    Pinginnya sih ngajak kamu kesana lagi with yr sist, to show her how miserable ( bener nggak nih nulisnya ? ) you are there….hihihi…but we were always happy living in that small camp wooden house with our Pus…
    Sayang, nggak ada picturenya…kapan2 discan ya..

Leave a Reply to paramitopia Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *