*what a provocative title, fufufufu…*
Pada suatu sore, ketika jeng Mar dan jeng Par kelaparan di pavilion Tercinta *yang servisnya jauuuuh lebih baik daripada pavilion Margondez, ohya, tunggu cerita selengkapnya bagaimana 3 wanita bisa lolos dari pavilion Margondez*
Jadi ceritanya,
jeng Mar, ga masuk kantor, seharian ngendon di kamar, sakit typhus katanya, siang-siang makan seadanya karena ga sanggup jajan di luar *ya iyalah, sakit typhus masak jajan…*
jeng Par, pulang sore, agak menyesal pulang sore karena pulang sore berarti ga dapet jatah makan gratis di kantor, tapi apa daya, udah ga sanggup akting sibuk lagi di kantor *jobless beratt..*
jeng Kar, masih tertahan di kantor, gara-gara barang dagangannya masih nyangkut di laut *hayoo tebak, apa kerjaannya jeng Kar…*
Karena lapar tak tertahankan lagi, akhirnya jeng Mar dan jeng Par memutuskan untuk… masak!!! Mereka yakin mereka pasti sukses! Walaupun tanpa jeng Kar…
Setelah berdiskusi, diputuskan bahwa mereka akan memasak : oseng-oseng kacang panjang pake tempe, dan perkedel kentang. Perkedel kentang diputuskan sebagai lauk utama karena tingkat kesulitannya yang cukup tinggi sehingga lebih menantang *ihihihihi…*
Bahan-bahan sudah lengkap tersedia, dengan rincian sebagai berikut:
- beras secukupnya
- kentang 3 butir
- kornet sapi
- kacang panjang 1 ikat
- tempe 1/2 bungkus
- kecap
- bawang merah dan bawang putih
- merica bulet-bulet
- garam dan gula
Kemudian…
jeng Mar: kentang dikupas dan dipotong kecil-kecil kemudian digoreng, sembari menggoreng kentang, kacang panjang direbus sampai matang
jeng Par: lalu, bawang putih, bawang merah, dan merica bulet-bulet diulek sampai halus, tambahkan kentang yang sudah digoreng dan kornet sapi, ulek lagee…
jeng Mar: tempe, bawang merah, bawang putih dipotong-potong, terus ditumis, tambahkan kacang panjang, garam, gula, kecap, aduk teruuuuss..
jeng Mar & jeng Par: Oseng-oseng jadi, tinggal mbulet-mbuletin adonan perkedel,
jeng Par: dicelup ke dalam telur, dan digoreeng *sreeeeeng*…
Fyuuuuuuuh.. udah kayak syuting acara masak-memasak. Di akhir syuting, ketika semua masakan sudah siap saji, jeng Mar dan jeng Par merasa amat sayang, sudah capek-capek masak dengan indah, mosok yang makan mereka-mereka juga.
Jadi diputuskan mereka akan memanggil saksi hidup, yang bertugas menjadi saksi akan kebolehan memasak mereka berdua, sekaligus sebagai tester apakah makanannya layak makan atau tidak.
Setelah berunding cukup lama *karena susah mencari teman sekantor yang sama-sama pulang sore*, dan dengan mempertimbangkan bahwa saksi yang dipanggil harus sudah makan *penting ini.. biar jatah makan kami tidak berkurang*, akhirnya diputuskan bahwa yang dipanggil adalah…
*tiiiiiit* <= kena sensor, karena yang bersangkutan keberatan dipublikasikan namanya… *padahal mah, penulis yang males nyari nama*
Berikut dokumentasinya:
Huahahahaa, kok ada fotoku di situ?
Sial pake ditutup lagi matanya. Kaya buronan polisi aja >.<
Kapan2 ngundang aku lagi ya kalo ada masak2, hehehe …
Tapi pas aku belum makan lho yaaa …
hahaha.. eriek, si pria panggilan.. 😆
yeee…eric promosiin diri ndiri…mbah gogon…LOL
*comment*
lagi bosen nee.. gada tempat tongkrongan. wakaka
bisa masak?! ckckck.. *terharu*
kalo jadwalnya nasi sapi lada hitam kasi tau yah 😀