Suatu pagi, di radio, gw denger ada pertanyaan “menurut lo, jakarta lebih ramah ke cowok atau ke cewek?”. Ada yg menjawab “ga penting gender nya, Jakarta itu ramah sama orang-orang berduit”, betul juga sih, make sense. Tapi karena pertanyaannya cuma ada 2 pilihan, cowok atau cewek, menurut gw Jakarta lebih ramah ke cowok.
Kenapa? Soalnya kalo cewek masuk ke dalam sebuah angkutan umum (dalam hal ini maksud gw angkot, bus, atau kereta yang non-ac ya, taksi ga termasuk, hehe), pasti terjadi transformasi penampilan, dan mood.
Dari rumah udah dandan sampe kinclong dan wangi, begitu masuk ke dalam angkutan umum, berdesakan berjejalan kepanasan, keluar… udah lusuh, makeup luntur, keringatan, wanginya hilang digantikan bau keringat. Mood juga bisa berubah, yang awalnya cerah ceria karena mau bertemu pacar tercinta, jadi pahit sampe mau gigit si pacar begitu ketemu.
Kalau cowok kan, effort mereka untuk dandan ga seberat cewek, jadi lusuh dikit ga masalah laah.
Hereby I declare:
Sebuah kota atau negara, bidang transportasinya dikatakan sukses bila:
- tidak ada kemacetan (kalaupun terjadi pasti karena sesuatu yang luar biasa, seperti ada alien menyerang bumi, ancaman teroris yang mau menghancurkan kota, atau wabah penyakit mematikan yang mengharuskan warga meninggalkan kota)
- tingkat kecelakaan nyaris 0%, yang artinya, jumlah pengendara motor juga nyaris 0%, hehehehe… Seperti yang bos gw bilang “kalau ingin suami anda mati cepat, belikanlah motor”
- tidak perlu ada polisi berjaga di pinggir jalan yang memantau ketidaktertiban pengguna jalan (sekaligus mendapat penghasilan tambahan dari denda), karena semua sudah tertib dengan sendirinya
- tidak terjadi transformasi fisik dan psikis selama berada di dalam angkutan umum
Sebenernya gw udah gatel banget pengen ngomong tentang masalah transportasi ini sejak waktu gw naik kereta ekonomi Bogor-Jakarta, di siang bolong.
Waktu berangkat rasanya excited, karna udah lama ga naik kereta. Selama perjalanan, mood gw menurun drastis. Kalo di The Sims, itu mood nya udah berubah warna jadi merah. Begitu sampe tujuan rasanya udah kayak mau makan orang. Wajar sih, untuk jarak perjalanan yang sejauh itu, kita cuma harus bayar 2000 perak, what can you expect??
Terus gw tanya sama partner perjalanan gw, kenapa harga karcisnya ga dinaikin yah, supaya fasilitas KRL bisa ter-upgrade. Menurut gw, 2000 perak untuk jarak sejauh itu terlalu murah, naik angkot dari kosan gw ke jalan raya juga segitu harganya. Lalu dijawab, kalau harganya dinaikkan, bisa2 pada demo, kan gak semua orang menganggap 2000 rupiah itu sedikit. Gw terdiam, betul juga.
Jadi intinya, KRL ekonomi yang keretanya sudah bobrok sampe menurut gw itu tidak layak jalan, ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah, yang tidak sanggup atau enggan membayar untuk karcis KRL AC, ongkos taksi, apalagi punya mobil pribadi. Sehingga harga karcisnya ditekan semurah mungkin, sampai PT KA nyaris bangkrut, dan tidak punya biaya untuk meng-upgrade fasilitas dan kualitas kereta.
Dengan demikian, masyarakat menengah ke atas jadi enggan naik kereta, dan memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi, memenuhi jalanan sehingga jalan menjadi macet. Karena kemacetan dimana-mana, masyarakat jadi memilih untuk mengendarai motor, karena body nya yang kecil dan ramping sehingga bisa menyelip-nyelip di tengah kemacetan. Lebar jalan yang tetap, ditambah dengan mobil dan motor yang jumlahnya semakin bertambah, justru menambah tingkat kemacetan jalan jadi gak keruan.
Ketika pemerintah mau mengadakan transportasi umum yang nyaman sehingga orang tidak perlu memenuhi jalan dengan kendaraan pribadi, malah didemo karena mengurangi lebar jalan. Dan sepertinya, proyeknya tidak terlalu sukses, karena jumlah armadanya malah semakin sedikit, fasilitas halte nya tidak terpakai apalagi terawat dan lama2 cuma akan jadi rongsokan. Menyedihkan.
Terus, apa solusinya? Gw ga mau dicap sebagai orang yang cuma bisa mengkritik tanpa ngasih solusi. Menurut gw, solusinya ya memperbaiki transportasi umum, sehingga orang lebih memilih naik transportasi umum yang nyaman dan aman, daripada naik kendaraan pribadi. Tapi gimana mau diperbaiki kalau ga ada biaya bukan? Masih banyak yang harus diurus dan dinafkahi oleh negara, ga cuma transportasi. Oh iya, satu lagi, percuma saja memperbaiki transportasi umum selama masyarakat hanya tahu bagaimana cara merusak fasilitas umum, bukan merawatnya.
Tapi gw yakin, suatu saat sistem transportasi kita akan secanggih Jepang, Korea, atau tidak usah jauh-jauh, negara tetangga kita Singapura. Positive thinking laah, dream big is a must. Walaupun entah kapan baru akan terwujud. Yang jelas tidak akan terwujud selama masih ada pejabat yang tega-teganya korupsi untuk memperkaya diri.
hue.. gue baca judulnya kirain transportasi umumnya yang bertransformasi, jadi kayak KRL berubah jadi robot gitu… hahahaha
hyah, jeng lafra pendengar roti juga!! :))
biasanya aku mantengin insert pagi, tapi sekarang mendingan roti pagi, hehehehe…
papa roti dan mama roti! 😀 😀 😀
setuju perbaiki transportasi umuum!