Setelah dua bulan penuh hura-hura di tanah air, saya pun kembali merantau ke daratan Eropa. Kalau tahun lalu saya berangkat ke Perancis dengan antusiasme tinggi, tahun ini… I no longer want any adventure, please… send me home right now! terus bergema di kepala. Sepanjang perjalanan, rasanya gloomy, sibuk mengutuk kegiatan mengangkat dan menggeret koper. Backsound All By Myself by Eric Carmen pun mengalun…
Waduh, paragraf pertama kok hawanya negatif banget ya ^^; Mari berharap semoga antusiasme yang dulu pernah ada itu kembali lagi, termasuk semangat kuliah…
Jakarta, to Bolzano. Dari Jakarta sekitar 15 jam perjalanan dengan pesawat sampai Venice, ditambah 3 jam transit di Doha. Saya sempatkan menginap semalam di Venice, demi menghindari sampai di Bolzano malam hari. Esoknya, perjalanan dilanjutkan dengan kereta: Venice-Verona 1 jam, Verona-Bolzano 2,5 jam.
“Bolzano? Italia sebelah mana tuh?”
Bolzano. Sebuah kota kecil di utara Italia, bisa dikatakan ‘kota paling utara’-nya Italia kalau dilihat di peta. Dari Roma? Jauuuh bok. Malah lebih dekat ke negara tetangga: Innsbruck di Austria, dan München di Jerman. Kota-kota besar terdekat di Italia: Milan, Verona, dan Venice.
Karena dekat dengan perbatasan, Bolzano merupakan kota bilingual: Jerman dan Italia. Hampir semua nama dan papan petunjuk tampil dalam dua bahasa, nama kota ini pun sebenarnya Bolzano-Bozen. Menurut ini, Bolzano termasuk kota dengan kualitas hidup tinggi di Italia, akibatnya.. biaya hidup pun termasuk mahal, bahkan menurut gosip lebih mahal daripada Milan ataupun Roma. Hmm, mari kita buktikan…
Masalah pemandangan, belum sempat jalan-jalan dan foto-foto *mungkin hari ini ;p*. Tapi yang jelas, Bolzano dikelilingi oleh gunung, sekilas saya lihat sih… wow banget pemandangannya.
The Residence
Sesampainya di Bolzano, saya langsung menuju residence. Jalan kaki, karena dari stasiun jaraknya hanya 700 meter, lagipula saya lupa harus naik bus nomor berapa ;p. Padahal 2 bulan lalu saya sempat mampir ke sini sebelum pulang ke Indonesia, demi menitipkan barang-barang pindahan di apartemen teman *thanks a lot, Zakka ;)*, dan waktu itu diberi briefing sekilas tentang Bolzano.
Nama residence: Rainer*m, disensor demi menghindari pihak pengurus menemukan blog saya via Google ;p *geer banget*. Saya sempat survey tentang university residence di Bolzano pada para senior, hasilnya… banyak gosip negatif tentang Rainer*m. They said: “It’s like a prison, with surveillance camera everywhere”, or “You won’t want to stay in the room on winter, it’s freezing cold, and electronic heater is prohibited”, “Don’t ever cook in the room”, etc. Apesnya, saya ditempatkan di sini -_-, semoga tidak seburuk gosip yang beredar.
Tarifnya €260 per bulan, lebih mahal jika dibandingkan dengan residence di Nancy *€390, dipotong CAF alias dana bantuan dari pemerintah jadi hanya tinggal €220*. Dan ini dia kamar saya, nomor 315A, di lantai 3…
Mirip dengan residence di Nancy, ada kamar mandi dan dapur mini. Bedanya…
- Satu unit kamar berisi dua kamar tidur. Jadi harus sharing kamar mandi dan dapur mini. Sampai saat ini kamar sebelah masih kosong, semoga untuk seterusnya… amin.
- Fasilitas internet sama gratisnya, hanya saja via LAN bukan Wi-Fi. Tau gitu bawa kabel LAN dari rumah >.<.
- Dilarang menggunakan peralatan elektronik seperti: pemanas ruangan listrik, termos pemasak air, rice cooker… oh nooo!!
- Ada cleaning service setiap minggu untuk membersihkan kamar. Tapi ini bisa juga diartikan sebagai… inspeksi rutin, untuk menyita barang-barang elektronik yang dilarang.
- Di dapur mini tertempel kertas berbunyi “For Breakfasts Only”. Hanya ada kulkas, microwave, dan wastafel. Ga bisa masak makanan berat T__T, harus di dapur bersama. Ini dia penampakan si dapur bersama…
Masih banyak lagi sederet peraturan yang harus dipatuhi. Kesimpulannya, kalau residence di Nancy lebih mirip apartemen, di sini lebih seperti asrama.. atau penjara ;p. Tapi… pssst, di malam pertama satu aturan sudah berhasil dilanggar, hihi..
My First Crime
Saya malas keluar untuk mencari makan malam, dingiiin. Mau memasak di dapur bersama juga malas, lagipula peralatan makan saya masih menginap di apartemen teman dan belum saya ambil *si teman masih berlibur di Indonesia >.<*.
Akhirnya, saya keluarkan rice cooker mini yang dibawa dari rumah, lalu saya masak Indomie *selerakuu..* sambil membuka jendela kamar lebar-lebar. Makan dengan sendok nasi, dan minum menggunakan gelas ukur dari rice cooker ^^. Seadanya, tapi nikmaaat… Selesai makan, hal pertama yang wajib dilakukan: rice cooker dicuci sampai bersih, lalu disimpan dalam lemari, takut ada inspeksi mendadak, hehe.
Yosh, jadwal hari ini: membuka rekening tabungan di bank, mengambil barang di apartemen teman *kalau bisa, semoga ada penghuninya*, dan jalan-jalan mengeksplorasi pemandangan kota.
Whatever happens, I will survive!
makan mie.. pake sendok nasi…? 😀
darurat mbaak, apa boleh buat ^^; malah tadinya kepikiran pulpen dijadiin sumpit ;p
mba mau tanya dunk. biaya perjalanan waktu ke bolzano itu berapa yah?? aku ada rencana mau kesana, mohon infonya, yah 😀
biaya perjalanan dari mana ya? waktu itu saya dari venezia ke bolzano sekitar 30an euro tiket keretanya