KRL Commuter Line Jabodetabek

Ini dia… transportasi utama saya selama bolak-balik Bogor-Jakarta dalam rangka mengurus dokumen-ini-dan-itu, yaitu… Commuter Line!

Dahulu, kalau hendak naik kereta dari Bogor ke Jakarta, ada tiga pilihan kereta: Pakuan Express, Ekonomi AC, dan Ekonomi. Pakuan Express kalau tidak salah hanya berhenti di Stasiun Gambir dan Jakarta Kota, jadi rasanya… *jgess jgess* eh, tau-tau udah sampai ^^. Nah sekarang, Pakuan Express sudah dihapuskan, sedangkan Ekonomi AC berubah namanya jadi Commuter Line. Commuter Line ini berhenti di setiap stasiun, dengan tarif Rp. 7.000,- sampai Jakarta (Rp. 6.000,- sampai Depok).

Pertama kali mencoba… wuih, enak juga ya. Apalagi ada yang namanya gerbong khusus wanita di ujung depan dan belakang rangkaian kereta. Bahkan petugas di gerbong khusus tersebut rajin menegur penumpang pria yang kebetulan nyasar di situ. Tak dinyana tak diduga, sepertinya pengalaman pertama saya itu di waktu kereta tak terlalu ramai ^^;

Kali-kali berikutnya… alamakjang. Lutut saya pernah memar tersandung pintu kereta karena buru-buru hendak berebut tempat duduk dengan ibu-ibu lainnya. Pernah pula mendapat kereta yang AC-nya tak menyala, hanya kipas angin saja yang sayangnya tak cukup mengusir pengap di dalam kereta.

Beberapa kali saya terpaksa berdiri selama perjalanan Jakarta-Bogor sambil berpuasa. Sekali waktu, karena proses pengurusan dokumen yang mengesalkan, ditambah harus berdiri sepanjang perjalanan, membuat saya lelah secara fisik dan emosional sehingga akhirnya malah menemukan inner peace, between rage and serenity *ketahuan baru maraton nonton Kungfu Panda 2 dan X-Men: First Class ;p*, walaupun sesaat sebelumnya aura tubuh seakan berbicara “Awas, senggol bacok!”, hihi. Anggap saja berkah di kala puasa.

Salah satu aturan penting di dalam gerbong adalah: dilarang mengeluarkan kursi lipat dan duduk di saat kereta sedang penuh sesak. Kecuali kalau tidak keberatan dikentuti oleh penumpang sekitar, karena itulah yang ingin saya lakukan kalau melihat ada yang duduk seenaknya ;p. Sebelum kereta benar-benar penuh sesak sebaiknya bangun dari kursi lipat dengan segera. Jangan sampai dituduh tak mau bangun padahal sudah tidak mampu berdiri akibat terjepit oleh penumpang sekitar ^^;

Pelajaran lain yang saya dapat adalah, urutan posisi terbaik hingga ter-tidak-enak di dalam kereta yang penuh sesak:

  1. Duduk ^^ Jelas.
  2. Duduk di kursi lipat, asal tahan pandangan sebal atau mungkin iri dari penumpang lain.
  3. Kalau tidak keberatan badan gepeng tergencet, di tengah lorong, tanpa berpegangan pada apapun. Cukup bersandar pada penumpang sekeliling, ga akan jatuh deh.
  4. Bersandar di dekat pintu. Tapi harus mampu mempertahankan posisi tanpa terdorong penumpang yang baru masuk, atau yang keluar.
  5. Ini dia posisi paling tak enak: berpegangan pada ‘pegangan kereta’ *duh, gatau istilahnya apa, yang gantung-gantung itu lowh* menghadap penumpang yang duduk. Tangan pegal, didorong-dorong oleh penumpang di posisi no. 3 dari belakang, tapi harus berusaha menahan diri agar tidak jatuh menimpa (dan mungkin diomeli oleh) penumpang di posisi no. 1. Siksaan -_-.

Tidak terbayang penderitaan para commuter yang harus mengalami ini setiap hari. Salut deh. Atau mungkin sudah kebal ya saking terbiasanya ;p.

Anyway, terakhir kali saya dan Mama mau pulang ke Bogor dari Stasiun Cikini, kami menerapkan strategi baru. Bisa dibilang sukses ^^v. Dari Stasiun Cikini kami naik kereta Ekonomi menuju Stasiun Jakarta Kota dengan tarif Rp. 1.000,- saja. Lalu dari Jakarta Kota baru deh naik Commuter Line menuju Bogor. Walaupun lebih lama sampai rumah, tak apalah, yang penting kami bisa tidur sepanjang jalan ;).

6 thoughts on “KRL Commuter Line Jabodetabek

  1. syefi says:

    Sebenernya ada strategi lain, ikut aja commuter yg menuju jakarta tapi yang nantinya jdi kreta balik tujuan bogor. Dah pasti dapet duduk tuh..

    • paramitopia says:

      bisa jugaa.. tapi takut dicek tiketnya dan ketahuan bukan dari jakarta kota ^^; soalnya waktu itu ngeliat ada yang salah tiket terus diusir turun di stasiun terdekat..

  2. dini says:

    ehehee..ga kok mit, ga kena omel..kan tiap hari sering, ikut Commuter yang ke jakarta dulu megang tiketnya untuk yang bekasi..jadi nyamaaan..dapet duduk 🙂

    • Paramita says:

      Wah, maaf, saya bukan langganan KRL sebenarnya 🙂 Hmmm, kalau masalahnya karena kereta terlalu penuh, terus pas mau turun ga bisa lewat, mungkin harus menghapal urutan stasiunnya, terus kalau sudah 2 stasiun lagi misalnya, siap-siap deh bilang “Misi… punten…” sambil geliat-geliat ke arah pintu. Kalau ketiduran… pasang alarm? :p.

Leave a Reply to syefi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *