Secercah Fiksi

“Aku benci kamu!”

Terucap kalimat itu walau aku sendiri pun tak tahu seperti apakah hati yang membenci itu. Apakah hati ini bisa dikatakan sedang membenci? Mungkin ini hanya kegilaan sesaat, ketika otak berpikir bahwa hati sudah merasa sangat tersakiti. Luka, walaupun hanya goresan halus, jika berulang-ulang bukankah akan menjadi semakin dalam?

Lalu kau pun menjawab, “Jika dengan membenciku bisa membuatmu merasa lebih baik, maka silahkan saja”.

Mendengar jawaban itu, rongga napasku malah menjadi semakin sesak. Kata-kataku hilang. Kelegaan yang kuharapkan muncul setelah sedikit isi hatiku tercurah, sirna sudah.

Oh, jadi kau tidak merasa terganggu dengan kebencianku?
Ya, ya, tentu saja kau tak peduli, apalah aku ini.
Kebencianku tidak ada artinya sama sekali buatmu, bukan begitu?

Kalimat-kalimat itu terus berputar-putar di kepalaku. Pertahanan emosi yang kubangun hari demi hari, runtuh, luluh lantak. Sampai di satu titik ketika emosiku habis terkuras, dan aku lelah. Diam. Berpikir. Anehnya, pikiranku terasa lebih jernih.

Tidak. Ternyata dengan membencimu tidak membuatku merasa lebih baik. Tapi bisa membuat otakku berpikir jernih tanpa terpengaruh emosi-emosi yang menggunung.

Ya. Tentu saja kau tak peduli, kau tak rugi suatu apapun jika aku membencimu. Yang rugi hanya diriku, karena telah membuang waktu dan lelahku.

Sekarang, aku lelah. Sangat. Jadi biarkan aku tidur sambil membencimu sepenuh hati. Sampai seluruh emosi dan perasaanku terkuras habis. Esok pagi, kuharap otak bisa berpikir jernih, dan bisa berhenti mengirimkan sinyal “hati terluka!”, sehingga hatiku menjadi bebas dari luka.

*******

Sebuah fiksi? Atau realita kah? Apalah bedanya 🙂

Jadi, dimana kita berada sebenarnya? Realitakah? Atau jangan-jangan kita sedang hidup dalam fiksi besar hasil rekaan kita sendiri, dan kita menyangka sedang menjalani realita?

Mouly memberikan jawaban yang sangat menarik: “Di antaranya. Karena meskipun kita hidup dalam realita, di kepala kita punya berbagai fiksi tentang realita tersebut.”

— dikutip dari http://jennyjusuf.blogspot.com/2009/10/fiksi.html

2 thoughts on “Secercah Fiksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *